Resensi Buku Jurnalistik Blur: Cara Menghadapi Banjir Konten Medsos yang Berisi Informasi Buram
Buku BLUR Bagaimana Mengetahui Kebenaran di Era Banjir Informasi |
Mencari informasi dan menerbitkannya menjadi berbeda di era digital. Media dan jurnalis harus menempuh jalur-jalur baru dalam mencari informasi dan menerbitkannya.
Lantaran di era itu, terjadi disrupsi digital di mana teknologi tak hanya memberikan manfaat, namun juga memunculkan gangguan pada cara-cara lama yang telah mapan.
Mencari informasi bukan lagi menjadi satu-satunya tugas yang harus ditanggung oleh media, melainkan juga menjaga gawang arus informasi. Lantaran banjirnya konten di internet.
Buku yang kami resensi kali ini berkaitan dengan cara media dan jurnalis dalam menghadapi disrupsi digital, yang berjudul BLUR Bagaimana Mengetahui Kebenaran di Era Banjir Informasi.
Buku jurnalistik ini bisa dibilang merupakan adik dari buku terkenal yang sebelumnya terbit, yang berjudul The Elements of Journalism: What Newspeople Should Know and the Public Should Expect.
Lantaran keduanya ditulis oleh orang-orang yang sama, yakni Bill Kovach dan Tom Rosenstiel. Bill adalah wartawan yang mendapat julukan Hati Nurani Jurnalisme Amerika Serikat.
Sebelum kita bahas resensi buku ini, simak dulu data-datanya:
Data Buku
Buku jurnalistik yang akan dibahas, merupakan buku yang ditulis untuk merespon banjir konten dan informasi di internet, berkat meluasnya penggunaan teknologi digital.
Buku yang beredar di Indonesia merupakan versi terjemah dari versi bahasa Inggris yang berjudul “BLUR How To Know What’s True In The Age Of Information Overload.”
Buku jurnalisme itu diterjemahkan Imam Shofwan dan Arif Gunawan Sulistiyono, dalam supervisi Andreas Haryono. Andreas adalah peneliti jurnalisme di Indonesia yang pernah berguru langsung pada Bill.
Buku jurnalisme versi terjemahan tersebut kemudian diterbitkan Yayasan Pantau yang memiliki tujuan meningkatkan mutu jurnalisme di Indonesia. Andreas adalah salah satu pendiri yayasan tersebut pada tahun 2003.
Buku berjenis non fiksi versi terjemahan ini memiliki tebal 227 halaman. Di platform Good Reads, versi asli buku jurnalisme itu mendapat rating 3,72 dari 402 penilai, yang artinya rata-rata menyatakan suka pada buku tersebut.
Sinopsis Buku
Pada umumnya buku ini membahas sejumlah prinsip jurnalisme, yang sangat dianjurkan dipatuhi para jurnalis atau wartawan dalam bekerja di era digital.
Semua itu demi dihasilkan informasi yang benar di antara saling-silang narasi yang beredar di internet. Lantaran berpijak pada kebenaran merupakan poin pertama dalam elemen jurnalistik
Diperlihatkan juga contoh-contoh headline atau berita utama dan laporan investigasi dalam buku tersebut, yang membuktikan pentingnya memfilter informasi yang penting dan verifikasi hingga diketahui informasi yang benar.
Upaya-upaya itu dibutuhkan dalam menghadapi hamburan klaim-klaim yang benar dan salah di internet, serta yang mana yang lebih penting untuk menjadi perhatian publik.
Buku jurnalisme BLUR memberikan salah satu contoh petualangan wartawan New York Times, Homer Bigart dalam meliput Perang Vietnam.
Ia tiba di Saigon ketika Amerika Serikat meningkatkan keterlibatan mereka dalam konflik tersebut tahun 1961.
Saat sebagian besar media di Amerika Serikat hanya menuliskan pernyataan pejabat pemerintah atau militer, Bigart juga memasukkan hasil pengamatan panca inderanya di lapangan, dalam berita yang dia buat.
Berita Bigart kemudian berhasil membuka mata rakyat Amerika Serikat bahwa militer mereka cenderung gagal di Vietnam, dan perang tersebut tidak layak dilanjutkan.
Berita-berita berbasis fakta lapangan dari Vietnam, termasuk yang dihasilkan Bigart, akhirnya menyulut demonstrasi di Amerika Serikat yang menuntut pemerintah mereka menarik dukungan dari Perang Vietnam.
Mencari informasi dengan mengutamakan verifikasi sangat penting dilakukan, terutama dengan terjun ke tempat kejadian perkara (TKP). Contoh-contoh dalam buku tersebut membuktikannya.
BLUR How To Know What’s True In The Age Of Information Overload |
Analisa Buku
Buku jurnalistik ini berisi penjabaran secara rinci mengenai pentingnya menerapkan prinsip-prinsip jurnalisme yang kuat di tengah ramainya informasi di internet, terutama media sosial.Buku juga memberikan sejumlah contoh konkrit. Sayangnya contoh yang disajikan sering kali berkaitan dengan isu-isu besar dan investigasi mendalam yang dilakukan para jurnalis hebat.
Padahal masalah yang sering dihadapi masyarakat dan jurnalis di era digital ini adalah banyaknya informasi receh dan klaim ngawur di media sosial. Alangkah baiknya bila contoh yang disajikan menyentuh langsung permasalahan tersebut.
Di sisi lain, untuk jurnalis madya dan utama, buku tersebut akan memberikan tambahan wawasan yang sangat berharga. Lantaran mereka bisa melihat korelasi yang lebih luas dari contoh-contoh yang diceritakan dalam buku.
Buku jurnalistik versi terjemahan ini juga masih menggunakan gaya bahasa dari negara asalnya, sehingga di banyak bagian terasa sulit dipahami. Namun, dengan membacanya secara perlahan, akan mengurangi kebingungan tersebut.
Mencari informasi yang benar dan memilahnya bisa menjadi lebih sulit sekaligus lebih mudah di era digital. Buku BLUR membantu menjelaskan situasi tersebut dan cara menghadapinya dari sudut pandang jurnalisme.
Rekomendasi Buku untuk Siapa?
Buku BLUR Bagaimana Mengetahui Kebenaran di Era Banjir Informasi, direkomendasikan dibaca para jurnalis, mahasiswa jurnalistik, dan orang-orang yang tertarik pada isu jurnalisme di era digital.Jurnalis muda atau pemula, jurnalis warga, dan pers mahasiswa (persma) juga tetap dapat membaca buku tersebut. Membacanya secara perlahan dan berulang akan membantu memunculkan pemahaman tentang isu yang dibahas.
Pemilik dan pemimpin media juga sangat disarankan membaca buku tersebut. Lantaran di dalamnya juga dijelaskan bagaimana pandangan yang bisa diambil saat masyarakat semakin banyak yang beralih dari koran, radio dan TV ke media daring.
Buku jurnalisme semacam ini sangat penting disimak para jurnalis sebagai bekal menghadapi gelombang konten dan narasi di media sosial. Karena dalam situasi itu, jurnalis adalah pihak yang diharapkan dapat menjaga gawang kebenaran informasi. (Selabar.id/Udi)