Cara Mengatasi Masalah Sampah TPS 3 R Banyuwangi - Tumpukan Sampah Jadi Lokasi Selawatan
Proses Pemilahan Sampah di TPS 3R Balak (Udi/Selabar.id) |
Masalah
sampah kerap muncul dalam berita nasional, baik di kawasan permukiman, sisa
acara besar, maupun tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA)
yang melebihi kapasitas.
Masalah sampah ternyata tak bisa selesai
hanya dengan mengumpulkan dan mengangkutnya ke TPA. Melainkan muncul
berbagai masalah, seperti kelebihan kapasitas dan pencemaran.
Pencemaran
bisa terjadi di udara, tanah, hingga mata air yang dikonsumsi warga.
Penyebabnya, air lindi alias air hujan yang tercemar sampah merembes ke
dalam tanah.
Misalnya TPA Bantar Gebang di Kota Bekasi yang
menguarkan aroma tak sedap hingga berkilo-kilo meter. Atau TPA Bulusan
di Banyuwangi yang telah ditutup karena penolakan warga.
Masalah
sampah juga muncul ketika dibuang ke sungai dan mengalir ke laut. Selain
membuat laut kotor, sampah unorganik seperti plastik membutuhkan proses
450 tahun untuk terurai, yang kemudian mengganggu biota laut.
Cara
mengatasi masalah sampah menjadi diskusi panjang di berbagai kalangan.
Namun pada umumnya terdiri dari berbagai tahap, yakni penggunaan
kembali, pengurangan dan daur ulang (reuse, reduce, recycle/3R).
Cara
mengatasi masalah sampah seperti itu sepertinya bisa dilakukan. Namun,
siapa yang harus melakukannya? Bagaimana mendorong orang-orang itu
melakukannya? Bagaimana konsep pelaksanaannya?
Kolaborasi bisa
menjadi jawaban atas berbagai pertanyaan itu. Misalnya yang dijalankan
di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, di mana ada Tempat Pengelolaan
Sampah Terpadu Reuse, Reduce, Recycle (TPST 3 R) di Kecamatan Muncar dan
Songgon.
Kecamatan Songgon adalah salah satu daerah hulu di
Banyuwangi, yang berada di lereng Gunung Raung. Sementara Muncar
termasuk daerah hilir yang menghadap Selat Bali dan kerap menerima
sampah kiriman lewat aliran sungai.
Cara mengatasi masalah sampah
mulai menjadi perhatian di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar,
pada tahun 2016. Semangat pemerintah desa pun mendapat dukungan.
Pada tahun 2018
pemerintah Norwegia bersama korporasi Borealis dari Austria melibatkan
NGO Systemiq, datang mendukung dengan membangun TPS 3R berkapasitas 12
ton per hari.
TPS 3R Balak
Operasional TPS 3R Temborejo
dianggap efektif mengurangi sampah yang masuk ke laut, bahkan memberikan
nilai ekonomi pada lembaga pengelola TPST 3R yang secara struktural
berada di bawah pemerintah desa, juga bagi para pekerja.
Kemudian
pihak-pihak tersebut membangun TPS 3R di Desa Sumberberas, Kecamatan
Muncar, dan di Desa Balak, Kecamatan Songgon. TPS 3R Balak mulai
beroperasi tahun 2023, dengan kapasitas 84 ton sampah per hari.
Peresmian TPS 3 R Balak (Humas Kab Banyuwangi) |
Operasional
TPS 3R dimulai dengan penjemputan tong sampah dari rumah-rumah
masyarakat desa yang berlangganan, menggunakan kendaraan roda tiga atau
roda empat.
Sampah ditumpahkan di lantai bagian belakang TPST 3R,
lalu dimasukkan ke konveyor yang membawanya ke lantai dua. Konveyor
terus berjalan ketika sejumlah pekerja mengambili sampah sesuai
bagiannya.
Di bagian pemilahan ini, ada yang bertugas untuk
mengambili sampah plastik kresek, sachet, kertas bungkus makanan,
kardus, organik, dan berbagai jenis lainnya. Tujuannya mengumpulkan
sampah sesuai dengan jenisnya.
Sementara residu yang tak lagi
bisa digunakan terus dibawa konveyor dan ditumpahkan ke bak truk yang
akan membawanya ke TPA. Sampah organik dimasukkan lubang agar jatuh ke bawah, untuk diarahkan ke penggilingan dan diolah menjadi
pupuk.
Sementara sampah terpilih yang layak jual, akan di-packing untuk disimpah menunggu pembeli memesannya. Selain menemukan pembeli yang tepat, biasanya sampah siap jual menunggu sampai terkumpul dalam jumlah tertentu.
Misalnya
penjualan bulan Mei 2024, TPST 3R Balak menjual 30 ton barang bekas
hasil pemilahan sampah dan mendapatkan pemasukan sekitar Rp 24 juta.
Terdapat naik dan turunnya harga juga di pasar.
Pemasukan uang
lainnya datang dari iuran warga, serta penjualan pupuk organik dan
produk turunan lainnya. Iuran warga di kisaran puluhan ribu per bulan,
tergantung hasil rapat pemerintah desa yang bekerjasama dengan TPS 3R
Balak.
Saat ini terdapat 19 desa yang bekerjasama dengan TPS 3R,
di mana 14 di antaranya telah efektif menerima pelayanan solusi
permasalahan sampah dan membayar iuran.
Dari total pendapatan,
TPS 3R Balak juga menggaji 49 orang karyawan setiap bulan. Mereka juga
menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kab Banyuwangi, rata-rata
sebesar 40 sampai 50 juta per bulan.
Selain itu, mereka
memberikan sumbangsih solusi permasalahan sampah di TPA. Jumlah itu
mungkin akan bertambah bila target fase 1 tercapai, yakni pelayanan
solusi permasalahan sampah mencakup 250 jiwa di 44 desa di Kab
Banyuwangi.
Solusi Penumpukan Sampah
Masalah sampah juga
kerap tampak di pinggir jalan atau sungai di mana muncul
tumpukan-tumpukan yang kotor. Meskipun terkadang sampah itu dibakar,
namun tetap memberikan kesan kumuh dan menghasilkan karbon.
Artikel
masalah sampah ini membahas tumpukan sampah liar karena hal itu juga
merupakan urusan publik. TPS 3R juga berupaya memberikan solusi
penumpukan sampah.
Solusi Penumpukan Sampah di Desa Songgon. (Udi/Selabar.id) |
Selain mengambil dan mengelola sampah dari
masyarakat, mereka juga berupaya mengubah perilaku masyarakat dalam
menangani sampah. Hal itu dilakukan dengan sejumlah strategi
sosialisasi.
Perilaku yang ingin diubah, ialah menghilangkan
tumpukan sampah, terjadi pembuangan dan pengelolaan sampah yang aman,
pemilahan sampah organik dan unorganik di tingkat rumah tangga, serta
tertib membayar iuran sampah.
Pembersihan tumpukan sampah liar
telah dilakukan di sejumlah lokasi, yakni di Dusun Kelir, Desa Bunder,
Kecamatan Kabat, serta di lahan pinggir jalan Dusun Cermean dan Krajan
di Desa Singolatren, Kecamatan Singojuruh.
Kemudian di sepanjang
tepian sungai belakang pasar Desa Songgon, Kecamatan Songgon; lahan
pinggir Dusun Genitri, Desa Gendoh, Kecamatan Sempu; serta lahan pinggir
jalan Dusun Krajan dan Karangsari, Desa Kedaleman, Kecamatan Rogojampi.
Bahkan
lahan bekas tumpukan sampah liar di Desa Bunder, yang telah
dibersihkan, pernah menjadi tempat pengajian dan selawatan masyarakat,
yang digelar pada tahun 2024.
Selain itu, di lokasi penumpukan
sampah di pinggir sungai belakang Pasar Songgon yang telah dibersihkan, tengah dilakukan
pembangunan plengsengan. Diharapkan lingkungan tersebut bisa menjadi
bersih dan memberi manfaat lain untuk masyarakat.
Masalah sampah
dan limbah lainnya di Banyuwangi sesungguhnya juga masih banyak, di antaranya tak
adanya TPA permanen dan dugaan adanya pencemaran limbah industri di Kecamatan
Muncar.
Namun, terkait solusi penumpukan sampah dan solusi
permasalahan sampah rumah tangga mungkin bisa diurai dengan mengembangkan cara yang diterapkan
TPS 3R Balak.
Artikel masalah
sampah ini bersumber dari hasil wawancara dan riset data oleh penulis,
press release Pemerintah Kab Banyuwangi, dan materi Media Visit TPS 3R
Balak, tanggal 27 Juni 2024.(Udi/Selabar.id)