Resensi Buku Budaya "Jagat Osing" Tentang Seni, Tradisi dan Kearifan Lokal Masyarakat Osing
![]() |
Buku Jagat Osing (Udi/Selabar.id) |
Masyarakat Osing Banyuwangi merupakan salah satu etnis yang menarik banyak orang, yang telah diundang menjadi subyek penelitian, pertunjukan, dan sumbangsih gagasan oleh berbagai pihak.
Masyarakat Osing telah dijelaskan dalam berbagai jurnal ilmiah, skripsi, atau tesis, hingga buku sastra dan sejarah, sejak zaman Kerajaan Majapahit hingga di millennium kedua ini.
Namun, kebanyakan catatan-catatan itu ditulis oleh orang dari luar daerah. Namun, mereka mengeluhkan dapat salinan tulisan hasilnya pun tidak.
Misalnya masyarakat Desa Kemiren, di Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, yang kerap menjadi jujukan penelitian sebagai Desa Adat Osing.
Orang Osing sendiri kemudian berusaha menulis sendiri catatan tentang sejarah, kesenian, adat, tradisi, serta kebiasaan sehari-hari mereka.
Tulisan-tulisan berupa easy itu kemudian disusun menjadi buku berjudul “Jagat Osing: Seni, Tradisi dan Kearifan Lokal Osing.’
Data Buku
Buku yang diresensi kali ini berjudul “Jagat Osing: Seni, Tradisi dan Kearifan Lokal Osing” yang berisi 10 esay yang masing-masing ditulis oleh orang yang berbeda. Buku tidak dijual secara bebas.
Buku setebal 204 halaman ini diterbitkan Rumah Budaya Osing-Lembaga Masyarakat Adat Osing Desa Kemiren tahun 2015, atas pembiayaan dari Program Rumah Budaya Nusantara, Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud RI.
Penulisnya dari berbagai latar belakang, yakni Moh Syaiful, Apri Bayu S, Adi Purwadi yang merupakan tokoh adat Desa Kemiren, Sanusi Marhaedi, Dwi Pranoto, Wiwin Indiarti seorang dosen Bahasa Inggris, Dariharto, Arif Wibowo seorang arsitek, M Abdul Munim, dan Suhalik yang berprofesi guru sejarah SMA.
![]() |
Buku Jagat Osing (Udi/Selabar.id) |
Analisa Buku
Masyarakat Osing sebagaimana etnis lain yang masih menjalani kehidupan tradisional, memiliki acara komunal yang diselenggarakan bersama-sama, dan kesamaan cara, dalam menjalani kehidupan masing-masing.
Keseragaman dan kekompakan itu menjelma menjadi kekhasan orang-orang di desa Osing. Namun, apa saja kekhasan itu? Di bagian atau sisi kehidupan mana saja kekhasan itu tampak?
Tradisi kampung Osing, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun acara-acara adat tertentu, sebagian dijelaskan secara mendalam di dalam buku ini.
Pertanian misalnya, yang menjadi salah satu bidang terpenting bagi masyarakat Osing. Mereka menganggap sawah sebagai rumah kedua.
Sebagaimana dalam easy Moh Syaiful dalam buku tersebut, yang berjudul “Angklung Paglak dan Nilai-nilai Kehidupan Masyarakat Desa.”
Dikatakan bahwa angklung paglak sering dimainkan di sawah oleh masyarakat Osing Desa Adat Kemiren, sebagai tanda dan hiburan saat bekerja.
Tulisan itu menggambarkan hubungan masyarakat Osing dengan sawah yang sangat dekat. Angklung paglak memainkan peran penting.
Melalui bunyi angklung paglak, mereka tahu sawah sebelah mana yang sedang tanam atau panen. Kegiatan gotong royong tanam dan panen padi pun diiringi hiburan angklung paglak.
Esai lainnya dari Arif Wibowo menjelaskan secara detail rumah adat Osing, yang memiliki tiga jenis, yakni Baresan, Cerocogan, dan Tikel Balung.
Dijelaskannya juga rumah adat Osing yang sederhana dan cenderung seragam memperlihatkan sifat egaliter mereka dan tak adanya strata sosial.
Hal itu menandakan dahulu kala, orang kaya, pejabat, orang terpandang, di kalangan masyarakat Osing, tidak memperlihatkan perbedaan melalui bentuk rumahnya.
Dan yang paling menarik adalah tulisan Dwi Pranoto yang mencoba membaca situasi di masa lalu melalui lirik lagu-lagu berbahasa Osing lawas.
Semua penulis menggunakan sudut pandang atau perspektif masing-masing dalam mengkaji topik yang dibahasnya.
Meskipun buku ini menjelaskan secara rinci bagian-bagian tertentu dari kehidupan masyarakat Osing, namun justru menambah rasa penasaran tentang identitas orang-orang Osing.
Maka dibutuhkan lebih banyak tulisan-tulisan mendalam tentang sisi-sisi kehidupan tradisional masyarakat Osing saat ini, maupun kehidupan mereka di masa lalu.
Rekomendasi Buku untuk Siapa?
“Angklung Paglak dan Nilai-nilai Kehidupan Masyarakat Desa” adalah judul buku yang bagus untuk dibaca orang-orang Osing itu sendiri, yang peduli pada mereka, dan kelompok intelektual yang ingin memahami mereka secara obyektif.
Masyarakat Osing pun beragam, yang setidaknya ada 16 komunitas yang masing-masing memiliki tradisi tahunan sendiri-sendiri, memberikan bahan melimpah untuk kajian-kajian serupa di masa mendatang.(Selabar.id/Udi)