Gandrung Zombie Ditolak hingga Menampakkan Kuatnya Kebudayaan Banyuwangi
 |
| Gandrung Sewu 2019 |
Gandrung Zombie yang ramai diperbincangkan awal tahun 2020 memperlihatkan reaksi-reaksi yang menampakkan kuatnya masyarakat Banyuwangi menjaga dan menghidupkan tradisinya.
Mencuatnya kasus cosplay Gandrung zombie yang viral dan menuai kontroversi memperlihatkan kuatnya masyarakat Banyuwangi menjaga budaya. Lantaran banyaknya masyarakat yang merespon dan berusaha membela Gandrung sebagai ikon Kab Banyuwangi.
Postingan beberapa foto Gandrung zombie di media sosial mendapatkan ratusan kritik. Konservasi budaya juga nampak dalam mediasi antara penyelenggara acara yang viral itu dengan para pemerhati budaya, di gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Jumat (17/1/2020).
"Semangat kawan-kawan membela Gandrung ini membuat saya terharu," kata Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB) dr Taufik Hidayat saat membuka audiensi.
Dia menceritakan pada tahun 1980-an tidak banyak yang mau berkumpul demi membicarakan Gandrung. Tapi hari ini lebih dari 50 orang hadir, yang melebihi ekspektasinya.
Dalam pertemuan itu disepakati untuk memaafkan penyelenggara acara yang sudah memohon maaf dan mengaku tidak bermaksud melecehkan Gandrung.
Taufik mengatakan Gandrung yang telah memiliki image yang bagus dengan tampilan yang cantik harus dipertahankan. Dia mempersilahkan masyarakat umum untuk berdiskusi dengan budayawan lokal bila ingin menggelar kegiatan terkait budaya dan seni Banyuwangi.
"Seandainya jadi dan menyangkut seni dan budaya, harus diskusi dengan budayawan Banyuwangi," kata Taufik.
Gandrung menjadi kesenian khas Banyuwangi yang berhasil bertahan walau mendapatkan rintangan. Misalnya pagelaran Gandrung Sewu 2018 yang ingin dihentikan kelompok tertentu dan stigma buruk penari Gandrung yang disimpan sebagian besar masyarakat.
 |
| Pertemuan di Disbudpar Banyuwangi |
Sunardianto dari Himpunan Seniman Banyuwangi (HSB) mengatakan memahami Gandrung harus melihat pada 3 hal, yakni dasar, filosofi dan sejarah. Dasarnya Gandrung telah menjadi ikon dan kebanggaan masyarakat Banyuwangi.
Makna Gandrung dari filosofinya adalah wujud kesenian untuk digandrungi atau disukai, sehingga pantang terlihat menakutkan. Terakhir sejarahnya pernah digunakan penari-penari pria menjadi topeng saat menjadi telik sandi untuk mengalahkan penjajah.
"Gandrung itu harus digandrungi, harus bisa menarik penonton, kalau cemberut tidak ada yang maju (ikut menari)," kata Sunardianto.
Maka dia menolak bila Gandrung dirias menjadi karakter film horor dalam workshop yang digelar Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi). Workshop yang digelar di salah satu mal di Banyuwangi, Minggu (12/1/2020) itu, berisi tutorial cara merias Gandrung zombie yang kemudian menjadi kontroversi.
Sunardianto menyampaikan ucapan terimakasih penyelenggara acara mau berbagi ilmu rias karakter film pada peserta workshop. Namun dirinya tetap menolak Gandrung dirias buruk rupa, dan mempersilahkan mereka mencari tema riasan lainnya.
"Saya terimakasih atas ilmunya yang sangat bagus, tapi bukan di situ tempatnya. Yang lain saja, bukan di Gandrung," kata dia.