Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Resensi Novel Titik Temu: Darah dan Air Mata di Perkebunan Teh Malabar Ciptaan Ghyna Amanda

resesni buku, resensi novel titik temu ghyna amanda, review buku, review novel, novel cinta sejarah, ghyna amanda
Novel Titik Temu (Foto: Penerbit Mojok)


Novel Titik Temu yang ditulis Ghyna Amanda menjadi salah satu karya fiksi bertema sejarah yang mewarnai prosa Indonesia.

Novel bertema sejarah biasanya memiliki pesona tersendiri karena tambahan kesan yang seakan-akan nyata dalam ceritanya.

Namun, novel bertema sejarah yang memikat harus dibayar mahal oleh penulisnya. Dia harus melakukan riset secara mendalam terkait situasi dan kebudayaan di masa sejarah yang akan dia tulis.

Novel Titik Temu menceritakan kisah asmara yang terjadi setelah proklamasi kemerdekaan RI 1945, di sebuah perkebunan teh Malabar, di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Berikut ulasannya:

Data Buku

Judul novel ini adalah Titik Temu. Buku yang akan diresensi, adalah versi cetakan pertama pada tahun 2017, oleh penerbit buku Mojok. Tebalnya 276 halaman, dengan dimensi 13 kali 20 sentimeter.

Di platform Good Reads, novel ini mendapat rating dari 78 pembaca dengan nilai 3,76 dari nilai maksimal 5.

Artinya rata-rata pembaca itu menyatakan menyukai buku yang sampulnya berwarna hijau toska tersebut.

Sementara penulisnya bernama Ghyna Amanda Putri alias Ghyna Amanda, seorang perempuan warga Bandung yang memiliki akun instagram @amndbrnz.

Beberapa sumber mengatakan perempuan berhijab dan lulusan pendidikan bahasa Jepang ini bercita-cita menjadi komikus, namun kini aktif menulis fiksi.

Ghyna dikenal sebagai penulis novel remaja, yang pernah menghasilkan beberapa judul seperti “Downpour”, “Forenoon”, “Dirty Play”, dan “Matryoshka.”

Sinopsis Buku

Sebagian besar cerita novel ini berlatar tempat di sebuah area perkebunan teh Malabar, Bandung, Jawa Barat. Di sana ada bendungan atau dam yang dibangun keluarga Belanda bernama Kuhlan.

Katheljin Sophie Kuhlan adalah satu-satunya putri keluarga itu yang juga menjadi tokoh utama dalam cerita. Gadis ini digambarkan sebagai noni di desa terpencil yang tumbuh bagai dalam sangkar emas.

Dia tak diizinkan mengenyam pendidikan di sekolah maupun berkeliling desa, karena khawatir diserang pejuang kemerdekaan RI. Nyatanya keluarganya benar-benar menerima serangan itu.

Dalam bayang-bayang bahaya itu, ia berusaha menikahi sorang pribumi yang ia yakini bisa melindunginya. Namanya Andjana Ranggawangsa, seorang pribumi yang dulu dikuliahkan keluarganya ke luar negeri.

Di sisi lain, meskipun pernah mendapatkan pendidikan dari Kuhlan, Andjana sangat anti penjajah sehingga tak berminat pada lemaran itu. Selisih usia mereka juga terlampau jauh, dan ia tak mencintai Sophie.

Lamaran Sophie menjadi dilema bagi Andjana.

Cerita selanjutnya yang akan menjawab, apakah Andjana dan pelayan-pelayan keluarga Sophie akan membantunya melewati kehidupan sebatang kara itu, atau justru mencelakakannya secara tragis.

Analisa Buku

Tampaknya Ghyna sang penulis telah melakukan riset sejarah sehingga menghasilkan novel yang memberikan gambaran-gambaran yang detail tentang kondisi perkebunan teh Malabar di masa lalu itu.

Karakter masing-masing tokoh digambarkan secara jelas yang membantu pembaca memahami tingkah laku dan pemikiran mereka.

Konflik dalam novel juga telah dibangun secara bertautan yang menggambarkan kegelisahan, kemarahan, harapan, dan ketakutan karakter-karakter di dalam cerita.

Demikian juga ending cerita yang telah disusun dengan strategi tertentu hingga bisa memunculkan sebuah pertanyaan baru di benak pembaca, kemana Andjana pada akhirnya?

Namun, tampaknya juga, alur maju mundur yang dibuatnya belum dioptimalkan. Banyak flashback atau kilas balik di setiap bab, yang berpotensi membuat pembaca bingung.

Pembaca tetap bisa menikmati novel bertema sejarah tentang kisah asmara antara pria pribumi dan noni Belanda ini dengan membacanya dan menyelaminya secara perlahan.

Rekomendasi Buku untuk Siapa?

Novel Titik Temu adalah judul buku yang bagus untuk peminat novel asmara, cerita bertema sejarah, dan untuk mereka yang ingin menyaksikan meletusnya sebuah konflik di tengah area perkebunan teh.

Disarankan untuk membacanya secara perlahan, jangan terburu-buru, agar bisa menyelami tautan kisah para tokohnya dan memahami cerita secara utuh.(Selabar.id/Udi)