Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kampung Lobster Banyuwangi, Akankah jadi Gaya Budidaya Lobster Air Laut Indonesia di Masa Depan?

Kampung Lobster Banyuwangi : Candra Astan

Kampung Lobster Banyuwangi tak tampak ramai di hari biasa. Halaman depan lokasi usaha PT Teras Samudra Sejahtera itu menjadi tempat parkir sejumlah kendaraan roda dua dan empat.

Kampung Lobster Banyuwangi terpampang di dinding depannya. Area usaha yang luasnya sekitar 2 hektare itu seluruhnya menghadap Selat Bali, tepatnya berada di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Bangunannya berupa kantor, restoran, dan yang paling utama gudang, yang digunakan untuk sortir dan penyimpanan bibit bening lobster (BBL) atau benur, maupun lobster yang siap ekspor.

Tampak juga berdiri dua pondokan seukuran pos kamling yang digunakan untuk menyimpan keramba-keramba dasar yang digunakan membudidayakan lobster di dasar laut.

Benur yang didapat akan dimasukkan dalam akuarium dan kolam di gudang tersebut, untuk memeriksa kondisi kesehatannya dan menunggu siap untuk dimasukkan ke keramba dasar ketika beratnya minimal 5 gram. 

Demikian juga hasil panen dari keramba, akan ditampung dan ditimbang untuk disortir yang layak ekspor atau belum, dengan bobot minimal 300 gram.

Pengunjung bisa memesan makanan berbahan lobster di restoran dan menikmatinya di bangku-bangku ruang terbuka yang tersedia. 

Atau, mereka juga bisa menyewa perangkat menyelam, lalu masuk ke laut di mana keramba-keramba lobster terpasang yang berdampingan dengan terumbu karang, dan siap untuk dijelajahi.

Budidaya lobster air laut dengan keramba dasar itu dikembangkan mulai tahun 2021, sebagaimana keterangan dari Komisaris Kampung Lobster Banyuwangi, Chandra Astan, Sabtu 2 April 2022. 

Pihaknya telah mengembangkan keramba dasar berbentuk kotak, dome atau kubah besar yang bisa leluasa dimasuki penyelam, dan berbagai model lainnya.

Sayangnya keramba dasar berbentuk kubah besar yang sedianya juga bisa digunakan untuk penelitian ekosistem laut, telah rusak terkena jangkar kapal yang biasa hilir-mudik di Selat Bali. 

Kini yang digunakannya adalah keramba dasar kotak di kedalaman 15 sampai 20 meter sesuai habitat alami lobster, yang bisa menghasilkan hingga 80 kilogram lobster siap ekspor sekali panen.

"Kita menggunakan pendekatan yang berbeda untuk budidaya, yaitu mengedepankan teknologi. Teknologi apa yang kita pakai, teknologi pakan, teknologi budidaya, jadi kita bisa lebih maju, lebih cepat," kata Chandra.

Kampung Lobster Banyuwangi : Gudang Lobster

Budidaya lobster air laut dengan keramba dasar masih cukup jarang dilakukan di Indonesia. Yang sebelumnya telah terkenal adalah pusat budidaya lobster dengan keramba jaring apung (KJA) di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Menurut Candra, Indonesia harus terus meningkatkan teknologi pembudidayaan lobster agar tak hanya bisa mengekspor benur, namun mampu mengumpulkan pendapatan lebih besar dengan mengekspor lobster siap olah.

Budidaya lobster air laut dengan keramba dasar memiliki beberapa kelebihan dan kekuarangan daripada KJA. Misalnya dengan keramba dasar, peluang lobster bertahan hidup lebih tinggi karena seperti berada di habitat aslinya. 

Namun, keramba dasar menuntut biaya pembuatan dan operasional yang lebih besar, di mana untuk pemberian pakan, pemantauan dan panen harus dilakukan tenaga penyelam.

Ekspor benur pernah ditutup Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI tahun 2016 ketika lembaga itu dipimpin Susi Pudjiastuti, sebagaimana diberitakan detik.com

Kemudian dibuka pada tahun 2020 oleh menteri Edhy Prabowo yang menyeretnya terlibat kasus korupsi, hingga izin disetop tahun 2021. Ekspor benur secara ilegal pun kerap terungkap kepolisian, namun terus dilakukan pelakunya karena hasilnya yang menggiurkan.

Kampung Lobster Banyuwangi memiliki visi mewujudkan keberhasilan Indonesia dalam budidaya lobster air laut, dan memenangkan persaingan dengan negara lain, terutama Vietnam sebagai pemasok lobster terbesar ke Cina. 

Candra mengatakan peran investor swasta, pemerintah dan masyarakat dibutuhkan dalam upaya peningkatan perekonomian skala besar tersebut.

Budidaya lobster air laut sesungguhnya memiliki daya dukung besar bila dilakukan di Indonesia. Lantaran, negara kepulauan itu memiliki titik-titik munculnya benur, perairan dengan berbagai karakteristik, dan pakan alami seperti keong dan sisa ikan. 

Namun belum tentu kondisinya mudah bagi pembudidaya, misalnya Candra yang masih kesulitan mendapatkan bibit untuk dibudidaya dan masih mengembangkan teknologinya secara mendiri.

"Visi kita ke depan, bahwa budidaya lobster ini harus berhasil di Indonesia, supaya benih tadi bisa kita manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan negara kita," ucap Chandra.

Kampung Lobster Banyuwangi dan kelompok budidaya lobster air laut di Lombok, telah memulai upaya-upaya peningkatan perekonomian Nusantara dari sektor kelautan tersebut. Akankah kisah nyata ini menjadi kisah inspiratif negeri ini?

Sebagaimana yang dikatakan Candra, untuk mewujudkan ekosistem usaha budidaya lobster tersebut, membutuhkan dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan, pengembangan teknologi dan lainnya, termasuk dari para penegak hukum. (Selabar.id/Udi)