Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Beras Anti Kanker dan Anti Hipertensi Dikembangkan Profesor Unej dengan Rekayasa Genetika


Profesor Tri Agus Siswoyo mengembangkan potensi beras sebagai makanan anti kanker dan anti hipertensi atau darah tinggi dalam penelitiannya. Untuk menghasilkan beras anti kanker dan hipertensi, memerlukan proses panjang sejak padi ditanam.

Melalui rilis resmi Universitas Negeri Jember (Unej), Tri mengaku memilih padi karena merupakan salah satu bahan pangan pokok di Indonesia. Dengan demikian  beras yang dikembangkannya menjadi produk nutraceutical, yakni makanan sekaligus obat bagi manusia. Dalam hal ini golongan obat hipertensi, makanan anti kanker dan lain sebagainya.

Khasiat melinjo dalam kandungan protein dan non protein dia isolasi hingga menghasilkan peptida aktif. Peptida aktif ini dicampur bakteri khusus sebelum diberikan ke padi, hingga kandungan bisa masuk ke tubuh padi.

"Peptida aktif yang dengan bantuan bakteri tertentu, kemudian akan dimasukkan ke padi, sehingga padi tersebut akan mengandung antihipertensi,” kata Guru Besar Fakultas Pertanian Unej itu, Selasa 20 Oktober 2020.

Zat antikanker, anti hipertensi, antioksidan, dan antiperadangan, merupakan bagian kandungan protein dan non protein melinjo. Dia menjelaskan khasiat melinjo juga baik dikonsumsi untuk mendukung program diet.

Dia mengatakan, penelitiannya ini mengarah pada rekayasa genetika atau Genetical Modification (GMO) padi sehingga harus melewati tahap panjang untuk bisa diimplementasikan secara luas. Harapannya, penelitian mengenai beras anti kanker dan anti hipertensi ini berlanjut, karena pengamatan manfaat melinjo juga tengah diperdalam di Jepang.

“Sayangnya saat ini justru para peneliti dan pengusaha dari Jepang yang getol meneliti dan mengembangkan produk berbasis melinjo. Sebab melinjo dengan segudang manfaatnya berpotensi sebagai suplemen kesehatan super," kata profesor yang telah mematenkan beberapa temuan terkait melinjo ini.

Di seluruh dunia pada tahun 2018 ada 18 juta kasus orang baru pengidap kanker berdasarkan data Globocan 2018. Amerika Utara, sebagian Eropa, Australi dan Selandia Baru memiliki lebih dari 253 orang pengidap kanker dari setiap 100 ribu penduduk mereka.

Di Indonesia dari 100 ribu penduduk, kurang dari 106 orang mengidap kanker. Makanan anti kanker sangat dibutuhkan masyarat dunia nampak dari data tersebut.

Penelitian Melinjo

Tri mengaku memilih meneliti melinjo karena bagian dari tanaman purba yang terbukti mampu bertahan ribuan tahun di Bumi tanpa kepunahan. Selain itu kondisi keseluruhan tanaman ini tak banyak berubah meski mengalami masa evolusi sekian lama.

"Pastinya ada kandungan tertentu dalam melinjo yang mampu membuatnya bertahan melewati evolusi zaman. Lantas saya mulai tertarik meneliti melinjo,” kata dia.

Sejak tahun 2002 fokus meneliti melinjo, Tri menemukan banyak kandungan di dalamnya yang berguna bagi tubuh manusia. Saat itu dirinya baru saja menyelesaikan studi doktoral di Osaka Prefecture University, Jepang.

Penelitian itu berlanjut dalam post doctoral-nya di Gyeongsang National University, Korea Selatan, tahun 2019. Dia menemukan kandungan melinjo berpotensi jadi obat untuk lima macam penyakit kanker yang menjadi sampel penelitian.

“Pada saat penelitian di laboratorium, dari lima kanker yang diteliti ternyata kandungan anti kanker di melinjo berpotensi paling besar menyembuhkan kanker paru-paru,” papar Tri. 

Khasiat melinjo yang terbukti bisa menyelesaikan masalah paru-paru, menurutnya juga berpotensi bisa mencegah serangan Covid-19. Tapi reaksi kandungan melinjo pada virus SARS-Cov-2 harus diperdalam untuk mengetahuinya.

Selain serangkaian penelitian lanjutan yang harus dilakukan, pemanfaatan melinjo secara luas memiliki tantangan lain. Misalnya bagian hulu atau sentra-sentra perkebunan melinjo yang di Indonesia belum tersusun.

Anticancer atau anti hipertensi, tanaman melinjo sejauh ini hanya dianggap sebagai tanaman halaman belakang, dijadikan bahan sayuran dan camilan. Sehingga belum ada laporan seberapa besar produksi melinjo per tahun skala nasional. 

Dia menganggap potensi melinjo layak digarap menjadi produk unggulan Indonesia. Tanaman lahan tropis itu mudah tumbuh di sembarang tempat di Indonesia dan memiliki banyak manfaat kesehatan.


Makanan anti kanker dan antihipertensi yang dikembangkannya belum siap dimanfaatkan secara luas, dia menyarankan masyarat mengambil manfaat melinjo dengan cara lain. Misalnya dibuat menjadi tepung dan menjadi bahan tambahan olahan roti dan kue-kue.

Dari penelitian Tri, kue dan roti yang mengandung tepung melinjo lebih awet dan tidak cepat basi. Buah melinjo dan daunnya pun bisa dijadikan minuman seperti kopi atau teh. 

“Sayangnya saat ini justru para peneliti dan pengusaha dari Jepang yang getol meneliti dan mengembangkan produk berbasis melinjo. Sebab melinjo dengan segudang manfaatnya berpotensi sebagai suplemen kesehatan super. Padahal melinjo tidak tumbuh di Jepang, sebab melinjo tanaman khas daerah tropis. Oleh karena itu mereka ingin mengimpor melinjo dari Indonesia yang mutunya dinilai lebih bagus dari melinjo yang ada di daerah tropis lainnya seperti Afrika," kata Tri.