Kisah Nyata - Demi Sahabat Berenang Di Kawah Ijen, Seluruh Tubuh Kena Zat Asam
Demi sahabat beberapa orang rela melakukan hal-hal berbahaya atau merugikan dirinya sendiri.
Sahabat sejati yang cukup langka untuk ditemukan itu memiliki pola pikir yang tidak dipahami semua orang.
Karena suit juga bagi mereka untuk menjelaskan jalan pikiran mereka itu pada orang lain.
Cerita nyata persahabatan, salah satunya datang dari destinasi unik dunia Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen, di Kabupaten, Banyuwangi, Jawa Timur.
Langit belum terang ketika sebuah tim gabungan berbaris di Pos Bunder, sebuah area istirahat ikonik bagi pengunjung saat mendaki Gunung Ijen, Sabtu 30 Mei 2020.
Koordinator Pos Sar Banyuwangi Risky Putra Buana yang berdiri di depan barisan pria-pria berseragam TNI, Polri, SAR Indonesia, SAR independen, dan berpakaian bebas itu menyampaikan bahwa mereka akan menjalankan operasi pencarian dan evakuasi korban tenggelam.
Bukan operasi yang biasa mereka lakukan, karena kali ini korban hilang di danau berair asam Kawah Ijen.
Berduyun-duyun secara acak dalam satu atau dua barisan mereka melangkahkan kaki di tengah dinginnya udara, menuju kawah.
Tanah berkerikil Ijen mengeluarkan bunyi gemeratak mereka injak.
Sebagian pekerja tambang belerang Kawah Ijen yang ikut rasanya bisa saja menyusuri jalan tepi jurang itu sambil memejamkan mata.
Lantaran rutin mondar-mandir dini hingga sore hari, memanggul atau mengangkut dengan gerobak, puluhan kilogram bungkahan belerang.
Seorang pegawai perusahaan tambang belerang yang ikut operasi adalah Ahmad Arifin (51), warga Kecamatan Licin, Kab Banyuwangi.
Sahabat lama dia bernama Suwandi (50), warga Kecamatan Muncar, Banyuwangi, yang hilang setelah terjadi gelombang tinggi Gunung Ijen.
Matanya terbuka penuh gelisah akan nasib kawan yang telah bekerja bersama dirinya selama 26 tahun itu.
Baru tiga tahun terakhir mereka berdua pisa kelompok.
Selama mereka bekerja di sana juga tak pernah ada kejadian serupa yang sampai merenggut nyawa manusia.
Sahabat lama dia itu ditemukan masih hidup, adalah doa yang dipanjatkan Ipin, panggilan Ahmad Arifin, selama berjalan dalam gelap itu.
Ahmad Arifin (51) Penjaga Sulfur (PS) Tambang Belerang Ijen |
Keduanya merupakan bagian dari 30 orang penjaga sulfur (PS) yang dipekerjakan PT Candi Ngrimbi Unit 1 Belerang Banyuwangi pemilik izin usaha pertambangan (IUP) belerang Kawah Ijen.
Tugas mereka mengawasi, memeriksa dan memperbaiki dapur tambang agar terus menghasilkan belerang.
Mereka bersiaga di sekitaran pipa-pipa logam sebesar paha orang dewasa yang keluar dari dalam gunung dan menteskan cairan kuning yang menjadi belerang setelah membeku dengan sendirinya.
Pipa logam bisa saja buntu dan terbakar sehingga perlu penjagaan.
Dua tim PS berjaga atau libur bergantian setiap dua minggu per bulan.
Ipin dan Suwandi telah 26 tahun bekerja sebagai PS di tim yang sama. Kemudian tiga tahun lalu Suwandi dipindah tim.
Ipin terkenang kawan karibnya itu, saat bersama tim menunggu giliran jaga di Pos Bunder sambil tidur atau melingkari perapian, join kopi, ngobrol dan tertawa bersama.
Maupun saat berjaga di dapur belerang, memperbaiki kerusakan paralon logam, menyaksikan berbagai fenomena destinasi api biru alami itu dan mengatasi berbagai kendala kerja bersama di tengah medan berbahaya.
Kisah sahabat yang menyedihkan itu terjadi kala Suwandi bertugas bersama Alimi (48) di dapur belerang sesuai jadwal mereka, Jumat siang, 29 Mei 2020.
Terjadi bualan atau dorongan air keluar dari dalam danau Kawah Ijen yang disertai busa dan menyebabkan gelombang setinggi belasan meter ke tepian, ke arah dapur belerang.
Melihat bahaya itu keduanya kompak lari tersaruk-saruk mendaki tebing menuju bibir kawah atas. Alimi mendengar Suwandi di belakang terperosok karena tanah yang dipijak ambrol, dan membuatnya jatuh ke gelombang air.
Saat dia menoleh, kawannya itu tak nampak lagi.
Tim sar gabungan sampai di bibir kawah dan melakukan pemantauan dari atas.
Langit pagi yang terang dan cuaca cerah membantu mereka segera menemukan Suwandi, dalam keadaan meninggal dunia.
Jenazahnya nampak tengkurap di danau kawah.
Risky yang menjadi koordinator operasi hendak melakukan evakuasi dengan mendatangkan perahu karet yang saat itu berada di pos mereka di kawasan Pelabuhan Ketapang.
Ipin yang tak sabar menunggu bertekad berenang mengambil jenazah sahabatnya itu.
Anggota tim evakuasi lain mendukung Ipin hingga Rizky harus menyetujui meski berisiko tinggi.
Demi sahabat, Ipin mendayung-dayungkan kedua tangannya dan memancalkan kakinya di permukaan danau Kawah Ijen.
Meski biasanya nampak indah berwarna hijau toska, air asam Kawah Ijen berbahaya bagi mahluk hidup setara dengan air aki.
Efek jangka pendek bagi tubuh manusia adalah rasa gatal aneh karena lokasinya berada di bawah kulit.
Apalagi Ipin tak mengenakan pakaian selam, justru hanya mengenakan celana dalam dan tali terikat di tubuhnya yang terhubung ke tim sar di tepi danau.
Jarak jenazah dan dapur belerang sekitar 200 meter.
Dari jalur turun kawah posisi jenazah di sebelah kanan, sementara bila ingin ke dapur belerang berbelok ke kiri.
Ditambah perjalanan kembali ke tepi danau, jarak renang Ipin sekitar 400 meter.
Dia mengatakan meski membawa dua tubuh manusia, berenang di Kawah Ijen terasa lebih ringan daripada di tempat lain.
Sampai tepi danau Ipin segera diguyur air tawar untuk mengurangi zat asam yang menempel di tubuhnya.
Sementara jenazah Suwadi diangkat ke bibir kawah secara manual, dipindahkan ke Pos Bunder dengan gerobak yang biasa dipakai membawa belerang, lalu dibawa turun dengan naik mobil pikap Polhut.
Rilis dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) yang menjelaskan fakta rangkaian peristiwa alam di Ijen, mengatakan kegempaan di sana naik pada tanggal 17 Januari 2020.
Dalam periode 18 Januari hingga 29 Mei 2020, ketika Suwadi tenggelam dalam gelombang tinggi air kawah, dengan jumlah fluktuatif dan tidak menunjukkan adanya pola kenaikan.
Gempa yang terjadi selama itu berjenis Hembusan, Tremor non-harmonik, Tremor Harmonik, Tornillo, Vulkanik Dangkal, Vulkanik Dalam, Tektonik Lokal, Tektonik Jauh dan Tremor menerus.
Di periode yang sama ada hembusan gas berwarna putih dari intensitas tipis ke sedang tinggi di area danau hingga 500 meter di atas kawah.
Selama itu juga tidak terjadi perubahan warna air kawah, yang menandakan tidak ada kenaikan endapan dari dasar akibat tekanan gas yang kuat.
Sementara hasil pengukuran suhu permukaan air danau kawah sejak Januari hingga pertengahan Mei 2020 cenderung naik turun secara perlahan pada kisaran 24,5 s.d 40,3 derajat celsius.
Mereka menganalisa hujan yang terjadi sejak Januari hingga Mei 2020 secara terus menerus di area kawah menyebabkan penambahan volume air danau kawah dan dapat menjadi faktor eksternal yang mengganggu keseimbangan air danau kawah.
Misalnya turunnya suhu air danau kawah hingga 20 derajat celsius pada musim hujan di awal tahun seperti yang rutin terjadi tiga tahun terakhir.
Kondisi itu menimbulkan potensi ancaman bahaya aktivitas vulkanik berupa gas-gas vulkanik konsentrasi tinggi yang dapat keluar tiba-tiba di sekitar kawah, akibat naiknya bualan gelembung gas dari dasar danau.
Petugas PPGA Ijen Memperlihatkan Rekam Gempa Ijen |
"Sekarang ini curah hujan cukup tinggi, sedangkan air danau di dalamnya itu panas, suhu terakhir sekitar 40-an derajat celsius. Sedangkan air hujan kan dingin yang baru turun itu. Sementara dari dalam keluar gelembung gas, kan terperangkap oleh air dingin itu, terkonsentrasi, jadi dia akan mencari jalan yang lemah untuk keluar. Kemarin keluarnya di lokasi kejadian tersebut," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Ijen Suparjan, Sabtu 30 Mei 2020.
Pertemanan sejati tak hanya satu-satunya yang dinampakkan Ipin dalam aksinya mengambil jenazah sang teman lamanya.
Namun juga solidaritas suatu kelompok yang semakin erat setelah terjadi bencana alam.
Peningkatan solidaritas menjadi langkah yang banyak diserukan bagi suatu kelompok dalam menghadapi bencana.
Karena dengan saling bersolidaritas dan membantu satu sama lain, beban yang ditimbulkan bencana bisa dipikul bersama.
Seperti yang diperlihatkan Ipin, setidaknya sebuah keluarga di Kecamatan Muncar mendapatkan jenazah kepala keluarga yang dicintai, yang selama ini memberi mereka nafkah.